1. R1 (100K), berfungsi meredam hum / sinyal liar
yang mungkin timbul terutama pada saat amplifier
dihidupkan tanpa rangkaian input.
2. C1 (100nF), sebagai kopling, menyalurkan sinyal
ac (lebih dari 20Hz) dan menahan sinyal dc.
3. R2 (33)K, memberi bias ke basis TR1 sekaligus
membuat kapasitor resonansi C2 lebih aktif. Gain
bas bisa 2 hingga 4 kali lipat (sekitar 6dB) lebih
kuat dari amplifier lain.
4. R6 (33K), resistor gain. Semakin besar nilainya
semakin besar pula penguatannya. Penguatan &
kejernihan suara berbanding terbalik. Jika
rangkaian amplifier ini harus disupply dengan
tegangan rendah, misal 12V ct 12V, maka
sebaiknya R6 ini diganti dengan yang lebih kecil,
misalnya dari 33K menjadi 10-12K.
5. R3 (560), kebalikan dari R6
6. C2 (47uF), kapasitor resonansi, hanya bekerja
pada arus ac. Menjamin R3 supaya hanya
meneruskan sinyal audio (di atas 20Hz) &
menahan arus dc.
7. TR1, TR2 (A564), Stage input yang bekerja
kebalikan. TR1 penguat non-inverting, sedangkan
TR2 penguat inverting. Untungnya stage ini
menggunakan transistor PNP. Transistor PNP
biasanya jauh lebih linier, pemilihan komponen
yang cerdas.
8. D1, D2, R4, R7, TR4, membentuk rangkaian
regulator arus untuk mensupply stage input. Dioda
ini tidak harus high speed, yang penting kuat
membentuk tegangan sekitar 1.3V, amplifier lain
malah mengganti dua dioda ini dengan satu biji
led.
9. R4 (10K), Bias D1 & D2, Semakin kecil semakin
panas, semakin panas semakin jernih. Menjamin
TR1 & TR2 tidak kekurangan arus. Kejernihan
suara salah satunya ditentukan dari sini. Berfungsi
juga untuk membuang muatan kapasitor power
supply, penting pada saat rangkaian dimatikan
dipegang untuk diperbaiki.
10. R10-R11 (100), C5-C6 (47uF), membentuk
rangkaian filter dengung & osilasi yang mungkin
terjadi dari kaki-kaki TR3 & TR4. Osilasi biasanya
berupa sinyal ultra treble halus yang bisa
membuat heatsink/transistor power lebih panas.
11. D3 D4, D5, membentuk regulator tegangan bias
untuk TR5 & TR6 (pengganti baterai 1,8-2,1v)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar